Perintah itu dikeluarkan setelah Israel khawatir identitas pasukan Angkatan Darat dan Komandonya yang turut serta dalam operasi pembantaian armada kapal Freedom Flotilla akan terbongkar.
Menurut keterangan sejumlah sumber Israel, ada kekhawatiran yang semakin memuncak di kalangan pasukan Angkatan Darat dan Komando bahwa ada beberapa aktivis perdamaian yang memotret para anggota pasukan Israel yang memiliki akun Facebook.
Israel khawatir identitas mereka akan terbongkar setelah foto-foto itu dibandingkan dengan foto yang ada di halaman akun Facebook sang prajurit.
Sumber-sumber itu menambahkan bahwa identitas para personel anggota Unit Khusus Komando 13 tidak diketahui, bahkan bagi publik Israel. Israel tidak memperbolehkan mereka menceritakan mengenai seperti apa pekerjaan mereka di Angkatan Laut Israel, jadi hal itu tidak memungkinkan nama atau foto mereka tersebar.
Tapi, ada beberapa di antaranya yang – seperti halnya akun Facebook Israel lainnya – memajang foto para anggota asli. Untuk alasan itulah semua prajurit diperintahkan untuk menutup akun Facebook mereka karena khawatir identitas mereka yang terlibat pembantaian kapal akan terungkap.
Tahun lalu, sejumlah pemuda dari sebuah universitas Israel membuat aplikasi khusus yang menggunakan status Facebook untuk propaganda pencitraan dan mengirim informasi kepada ribuan pengguna mengenai hal-hal positif tentang Israel.
“Kami menyadari bahwa jaringan sosial berpengaruh pada orang-orang dari berbagai penjuru dunia, tidak hanya di Israel,” kata Maya Epstein, koordinator Israpedia, tim yang bertanggung jawab atas aplikasi tersebut, yang dilahirkan di Botswana.
Israpedia secara otomatis menggantikan hal-hal umum yang dianggap menarik dengan hal-hal seputar Israel.
“Para pengguna Facebook bisa menumpuk di atas status Israpedia dan menulis apa yang meeka inginkan,” kata Eyal Lapidot yang dilahirkan di New York dan juga merupakan anggota tim Israpedia.
“Jika status pengguna tidak berubah selama dua hari, aplikasi Israpedia akan menggantinya dengan sebuah fakta mengenai Israel,” kata Lapidot.
Sebelumnya, Israel mengatakan akan memimpin penyelidikan sendiri terhadap pembantaian armada bantuan kemanusiaan Gaza, mengabaikan tuntutan komunitas internasional agar meluncurkan penyelidikan internasional.
Menteri Benny Begin mengatakan kepada radio Israel bahwa penyelidikan tersebut hanya akan mencari tahu legal tidaknya serangan tanggal 31 Mei tersebut, demikian dilaporkan kantor berita AFP.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mendesak agar dilakukan pemeriksaan internasional terhadap serangan tersebut.
21 Pemimpin dari Rusia, Iran, dunia Arab, dan Asia bergabung dalam konferensi di Istanbul minggu lalu untuk mengecam serangan Israel.
Pasca pembantaian, Israel, yang merasa malu dengan serangan berdarah yang dilakukan Angkatan Lautnya terhadap kapal bantuan kemanusiaan yang mengarah ke Gaza, langsung menyebarkan propaganda informasi palsu dan kebohongan guna membenarkan pembantaian yang dilakukan pasukan Zionis.
Puluhan orang dibunuh dan mengalami luka-luka ketika unit khusus Angkatan Laut Israel menyerbu dan menembaki sebuah kapal asal Turki.
Kapal Kebebasan Gaza Flotilla megangkut ratusan aktivis perdamaian yang berasal dari 50 negara lebih, mereka menentang pengepungan Israel terhadap Jalur Gaza yang dilakukan tak ubahnya seperti Nazi.
Serangan kriminal nyata terhadap kapal sipil tersebut telah memicu reaksi keras dan amarah dari seluruh penjuru dunia, puluhan negara mengecam serangan tersebut dan menyatakannya sebagai kejahatan pembajakan.
(suaramedia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar